Sebuah desa dipinggir danau mungkin sudah biasa. Tapi, desa
di tengah danau tentunya jarang kita temukan. Memang terdapat objek yang paling
terkenal, yaitu desa-desa di Pulau Samosir, di tengah-tengah Danau Toba,
Provinsi Sumatera Utara. Namun ternyata terdapat Pulau dengan topografi serupa
yang ada di Kalimantan Selatan, walaupun ukurannya jauh lebih mini, yaitu Pulau
Pinus.
Sabtu lalu, tepatnya tanggal 6 Juli 2013, separuh pengurus Hippocampus
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat berkunjung ke Pulau
berpenghuni tersebut. Kendaraan darat hanya dapat mengantar sampai pinggir
Waduk Riam Kanan, selebihnya perahu bermotor atau yang sering disebut warga
Kalsel dengan istilah kelotok harus diandalkan sebagai transportasi
satu-satunya menuju pulau.
Dalam perjalanan kurang lebih 30 menit di atas kelotok,
pengunjung disuguhkan pemandangan unik hijaunya air danau yang dikelilingi oleh
pegunungan Meratus. Terlihat juga penampakan khas rumah-rumah yang mengapung di
atas perairan, beralaskan kayu atau drum. Mata pencarian utama penduduk Pulau
Pinus adalah sebagai nelayan, maka tidak aneh kalau kita juga akan melihat
banyak orang memancing atau memasang jaring di sekitar pinggiran danau.
Di tengah waduk yang berfungsi sebagai tempat PLTA ini
terdapat dua pulau yang biasa disebut Pulau Pinus Satu, yang tidak dihuni
warga, serta Pulau Pinus Dua, yang dihuni warga. Pengurus Hippocampus memilih
berkunjung ke Pulau Pinus Dua karena tujuannya adalah mewawancarai warga
setempat mengenai kehidupan di sana.
Yang mengejutkan, ternyata warga Pulau Pinus Dua ternyata
masih menggunakan generator set (genset) sebagai sumber listrik untuk
keperluan sehari-hari. Sebenarnya sungguh aneh, daerah pembangkit tenaga
listrik belum mendapat aliran listrik. Tiang listrik yang sudah berdiri tegak
di atas Pulau hanya tampak sebagai besi tinggi biasa, tanpa adanya sambungan
kabel penyalur energi.
Ketika diwawancarai utusan Hippocampus, salah seorang warga
mengutarakan harapannya yang tinggi terhadap pemerintah setempat. Dia ingin
aspek pengembangan wisata, sarana dan prasarana pendidikan, serta pelayanan
kesehatan di Pulau Pinus, tepatnya di Desa Aranio, diperbaiki. Dia juga
berharap jembatan besar penghubung pulau yang rubuh belakangan ini segera
diperbaiki, karena jembatan tersebut merupakan jalur yang penting bagi warga.
Memang alangkah baiknya kalau daerah wisata alam yang sejuk
ini bisa terus dilestarikan dan dikembangkan sehingga dapat menjadi tempat
tujuan pelepas penat para penduduk Kalimantan Selatan, khususnya kota besar
seperti Banjarmasin, yang setiap harinya terpapar suhu panas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar