Senin, 27 Februari 2012

PUISI

Masa remaja adalah masa di mana banyak masalah muncul. Mimpi yang menjulang tinggi, ditambah sifat kemalasan yang mulai terkonsentrasi di kepala menghasilkan satu kondisi yang mengancam kewarasan, galau. Remaja biasanya berusaha menghilangkan kondisi galaunya, tetapi ketika sudah hilang, malah ingin galau lagi.

Membuang galau harus pada tempatnya. Beberapa remaja lebih senang membicarakan masalahnya dengan temannya, menulis di status facebooknya (alay), atau hanya menulisnya di selembar bidang putih polos yang belum tahu apa-apa.

SESUATU yang sedang dipikirkan, diharapkan, atau dikhawatirkan mungkin tidak akan berakhir stuck kalau disampaikan ke teman atau sekedar ditulis di selembar bidang putih polos yang lugu. -_-. Di kertas itu bisa Anda tulis puisi, lirik lagu penyemangat, atau yang lebih realistis, menulis cita-cita dan harapan di masa depan. Untuk saat ini, saya akan berbagi ilmu tentang puisi kepada Anda setelah wikipedia berbagi ilmu pada saya.


 Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

 Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya. Cukup berat.
   
Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.

Intinya puisi itu karya BEBAS.

Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula atau pun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.

Di dalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bermacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar. Tapi kalau bisa jangan pakai yang ini.

Beberapa contoh puisi yang saya dapat di website orang lain, dari yang aneh seperti ini

Kutukan Seekor Tikus Muda
karya : Raditya Dika

Super tikus muda..
Maafkan aku..
Yang telah menyakitimu..
Membauimu dengan bau-bauan harum..
Membakarmu dengan api korek secengan..
Membuat kepalamu bergodek..
Aku menyesal..
Hatiku menjerit..
Lain kali aku akan langsung menususukmu..
Walau rontaan diri merasa gak tega..
Aku sangat menyesal sekali banget..
Jangan biarkan perutku sakit begini..
Jangan biarkan aku harus minum oralit lagi..
Oh.. Super tikus muda..

*Jeritan hati seorang Radith di sebuah WC sekolah*

Bandingkan dengan yang sedikit berat seperti ini



 

Masih tentang kehidupan





Oleh Angga Rakasa
18 Mei 2011

Masih tentang kehidupan – curam, kesal dan menghitam legam.
Bukan aku ingin berprosa dan merangkai kata bak pujangga, tapi apalah daya hanya pikiran ini yang tersisa.
Aku terdungu-dungukan di penghujung malam yang sepi dan tak ada satu makhluk pun yang menyapa.
Dimana mereka? Sungguh benar, mereka telah menganggap aku tidak pernah tercipta. Sungguh tragis!
Sebenarnya, dimana aku? Dimana? Inikah dunia yang aku kenal dulu.
Sebelum semuanya menjauh dan mulai meninggalkanku langkah demi langkah.
Aku kesepian, merasa sepi sendiri.
Hanya mencoba duduk di lorong jendela kamar yang menghadap ke kebun di belakang rumah, melihat hijau dedaunan  sementara yang lain layu dan terkulai.
Indahkah masa kita? Dimana kita mampu berlari-lari kecil di sisi pantai sampai akhirnya kita kecapaian dan berbaring di atas pasir lembut itu.
Kita pernah berbicara tentang segala hal, tentang cinta, cita, harap bahkan ketakutan yang sempat menjadi tertawaan.
Kita pernah menghabiskan waktu malam bersama berbotol-botol anggur dengan beberapa batang tembakau Amerika.
Kita pernah mercacau tak tahu arah sampai mata kita merah legam karena mabuk.
Kita pernah tertawa bersama konco-konco iblis yang benar-benar memberi kita kesenangan.
Hari itu,
Sungguh hari dimana kau dan aku masih ada.
Masih bisa menatap dunia dengan amarah masa muda.
Tidak pernah takut dan gentar menghadapi apapun, walau maut di depan mata.
Kita selalu berbaris di pasukan paling depan untuk membela hak kita.
Kita selalu berjabat tangan hingga saling meyakinkan bahwa malam akan berganti siang.
Senandung-senandung setan bergemuruh memecah telinga.
Siap menerkam dengan semangat membaja yang tak pernah menjadi timah yang lemah.
Kita pernah siap menerkam dunia kawan, ya kita pernah.


Ah sudahlah,
Pergilah
Kini aku sudah tidak bisa memberimu kesenangan.
Semua telah berakhir di ranjang pesakitan ini.
Pergilah dengan cita dan harapmu.
Tuntaskan masa mudamu, gantungkan semua mimpi, raih semua citamu.
Kini aku tak di sampingmu lagi kawan.
Tapi tenanglah,
Aku akan pergi perlahan tanpa kau merasakannya,
Hingga kau tidak sadar bahwa aku pernah tercipta dan bersulang bersamamu.
Hingga kau merasa kau tak pernah kehilanganku.
 
Itulah kebebasan dalam berpuisi.
Mari berekspresi sebebas mungkin dalam puisi!
Sekian, semoga ilmunya bermanfaat ok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar